Bagaimana cara meningkatkan pendapatan dengan reksadana

Diposkan oleh Work Hard Play Hard

Perencana keuangan tak bosan menyarankan agar Anda menetapkan tujuan sebelum memilih produk investasi. Artinya, jika Anda sudah memiliki rencana keuangan yang jelas sesuai kebutuhan dan kemampuan, silakan menjatuhkan pilihan pada produk yang dirasa nyaman. Nah, jika tahapan menetapkan tujuan finansial ini sudah Anda lewati, saatnya memilih dan membeli produk investasi. Reksadana bisa menjadi pilihannya. Meski berisiko lebih tinggi daripada deposito, namun yakinlah risiko bisa dikelola (baca: Belajar Mengelola Risiko Saat Berinvestasi).


Eko P. Pratomo, Senior Advisor BNP Paribas yang juga penulis buku Berwisata ke Dunia Reksadana menjelaskan, berinvestasi reksadana artinya Anda tidak sedang membeli reksadana sebagai instrumen investasi namun sebagai sarana. Instrumen investasinya adalah deposito (risiko rendah), obligasi (risiko tinggi), dan saham (risiko tinggi).

"Tentukan kebutuhan dan tujuan berinvestasi, karena hal ini menentukan pilihan produknya, apakah jangka pendek, menengah atau panjang. Reksadana mudah dan menjadikan Anda investor dengan mengukur kebutuhan," jelas Eko dalam talkshow "Reksadana: Kenali Dulu Baru Beli" beberapa waktu lalu.

Jenis produk
Eko menjelaskan reksadana menjadi wadah investasi paling mudah karena bisa memanfaatkan pasar saham. Target hasil investasi melalui reksadana saham bisa mencapai rata-rata 18 persen per tahun. Sedangkan jika Anda berinvestasi pada produk deposito (melalui bank), target hasil investasinya kurang dari tujuh persen per tahun. Reksadana lebih menguntungkan dengan risiko yang bisa dikelola.

Berdasarkan jangka waktu, pilihan investasi melalui reksadana terbagi tiga kategori. Investasi jangka pendek bisa melalui reksadana pasar uang dan atau deposito sebagai produk (instrumen investasinya). Sedangkan jangka menengah, investasi bisa dilakukan pada reksadana pendapatan tetap dan campuran. Investasi reksadana jangka panjang bisa memilih instrumen saham. Pilihan produk lain pada investasi reksadana bisa dengan reksadana terproteksi atau reksadana syariah.

"Tidak semua jenis reksadana berisiko tinggi seperti saham," katanya. Justru investasi reksadana memudahkan calon investor, terutama bagi mereka yang memiliki pengetahuan, informasi, dan dana yang terbatas namun menginginkan kemudahan.

Karakter investor
Sebagai investor, ketika Anda membeli produk reksadana, Anda bisa memonitor kinerja produk melalui fact sheet yang banyak dipublikasikan media. Reksadana juga memiliki karakter dana likuid. Anda bisa menjual dan membeli kapan saja, dengan melihat kinerja produk. Lalu mencairkan dana hasil investasi dari produk tersebut dalam jangka waktu tertentu (umumnya tiga hari masa pencairan). Inilah yang disebut Eko, sebagai investor yang memiliki karakter buy and hold.

Namun, katanya lagi, ada juga investor yang tipenya melakukan kontribusi reguler. Artinya, investor secara rutin menambahkan dana investasinya dalam jangka panjang, tentunya untuk tujuan tertentu sesuai perencanaan keuangannya. Misalnya, untuk mempersiapkan dana pensiun 20 - 30 tahun ke depan. Dengan begitu, investor tak mudah menjual dana likuid pada investasi reksadana, karena tujuannya adalah meraih target nilai investasi tertentu untuk kebutuhan masa mendatang.

Institusi pengelola dana
Dana investasi melalui reksadana dikelola oleh dua institusi, manajer investasi dan bank kustodian. Begitu Anda membeli produk reksadana, melalui agen atau langsung dari manajer investasi, maka dana akan dikelola kedua institusi tersebut. Sebagai investor, Anda bisa memonitor kinerja produk dari laporan Nilai Aktiva bersih (NAB) yang biasanya dipublikasikan di berbagai media.

Jika reksadana mudah, lantas apa yang masih menghalangi Anda berinvestasi? Toh risiko bisa dikelola, asalkan Anda membekali diri dengan berbagai informasi dan pengetahuan seputar investasi. Selamat berinvestasi.