1. Cari informasi dan pilih manajer investasi
Manajer investasi (MI) merupakan institusi yang mengelola, menganalisa, dan mengambil keputusan pada investasi yang Anda tanamkan melalui reksadana. Sedangkan institusi lain yang mengelola reksadana adalah bank kustodian yang fungsinya lebih sebagai penyimpan dana.
Sebelum memilih MI sebaiknya kumpulkan banyak informasi. Lalu pilih yang sekiranya nyaman dan memudahkan bagi Anda. Ada MI yang menjual langsung produk reksadana. Ada pula MI yang menjual produk melalui agen (dalam hal ini bank).
Seperti BNP Paribas, institusi ini tidak menjual produk reksadana secara langsung, namun bekerjasama dengan berbagai bank ternama untuk menjual ragam produknya. Jadi, Anda memilih bank (bisa saja bank tempat Anda menjadi nasabah adalah juga bank mitra BNP Paribas), lalu membeli produk melalui bank tersebut.
Sedangkan Panin Sekuritas dan PT Samuel Aset Manajemen misalnya, menjual langsung produk reksadana. Artinya, jika Anda memilih salah satu institusi keuangan ini sebagai manajer investasi, Anda bisa langsung membeli produk di sini tanpa melalui agen (bank).
Pilihlah MI yang memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi Anda. Namun sebelum memilih, perhatikan juga prospektus serta laporan kinerja produk dari setiap MI. Anda bisa mendapatkan informasinya melalui berbagai media seperti surat kabar atau website resmi institusi tersebut.
"Pelajari bagaimana track record institusi dengan melihat fact sheet (laporan kinerja), bisa juga dengan melihat informasi di bapepam.co.id untuk mengetahui apakah institusi tersebut pernah mendapatkan peringatan atau tidak. Total dana yang dikeluarkan MI juga menunjukkan sejauhmana MI tersebut terpercaya. Semakin banyak dana yang dikeluarkan MI, artinya semakin terpercaya," papar Simon Robertus, marketing manager PT Samuel Aset Manajemen kepada Kompas Female, di sela talkshow "Reksadana: Kenali Dulu Baru Beli" beberapa waktu lalu.
2. Memilih dan membeli produk
Apapun pilihan manajer investasi Anda, tanyakan dengan detail produknya, dan bagaimana kinerjanya. Jika melalui agen (bank), tanyakan pada customer service di bank tentang berbagai informasi seputar produk reksadana.
Eko P. Pratomo, Senior Advisor BNP Paribas yang juga penulis buku Berwisata ke Dunia Reksadana, memaparkan pilihan produk reksadana sebagai berikut:
* Reksadana terproteksi, target rata-rata hasil investasi nol persen per tahun, jangka waktu tiga tahun.
* Reksadana pasar uang, target rata-rata hasil investasi tujuh persen per tahun, jangka waktu kurang dari lima tahun.
* Reksadana pendapatan tetap dan campuran konservatif, target rata-rata hasil investasi sepuluh persen per tahun, jangka waktu 5-10 tahun.
* Reksadana campuran moderat/agresif, target rata-rata hasil investasi 15 persen per tahun, jangka waktu 10-15 tahun.
* Reksadana saham, target rata-rata hasil investasi 25 persen per tahun, jangka waktu lebih dari 15 tahun.
Sebagai prosedur pembelian produk, biasanya Anda akan diminta mengisi formulir pembukaan rekening dan formulir pembelian produk. Lalu dokumen asli pembukaan rekening dan pembelian produk ini dikirimkan ke manajer investasi.
Lantas berapa nilai investasinya? Jumlahnya beragam, tergantung produk dan kebutuhan Anda.
"Ada yang nilai investasinya dimulai dari Rp100.000," kata Eko kepada Kompas Female. Cukup terjangkau untuk memulai investasi bukan?
Sementara Simon menyebutkan, institusinya menawarkan tiga jenis produk senilai Rp 250.000 untuk reksadana campuran (konvensional) dan dua produk lainnya masing-masing Rp 1 juta berupa reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran. Keduanya menggunakan prinsip syariah.
Untuk membantu Anda memilih produk, lihat juga Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang tertera dalam laporan kinerja produk di berbagai media termasuk surat kabar. NAB merupakan indikator untuk menentukan harga beli maupun harga jual dari setiap unit penyertaan reksadana. NAB menjadi penting diketahui karena beberapa produk reksadana bersifat likuid dan bisa dijualbelikan kapan saja. Namun ada juga produk yang dijual dalam waktu khusus. Pilihan produk reksadana kembali kepada tujuan awal Anda berinvestasi, apakah jangka pendek atau panjang.
3. Membuat portfolio investasi
Eko menjelaskan, terdapat tiga profil investor, yakni investor konservatif, moderat, dan
progresif/growth. Berlandaskan ketiga jenis profil investor inilah, Anda bisa membuat portfolio investasi yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Tentu saja, akan lebih memudahkan jika sebagai investor Anda sudah mengetahui dengan jelas tujuan investasi sejak awal.
Portfolio dibutuhkan agar investasi bisa dimanfaatkan dengan tepat. Artinya, berapa persen sebaiknya dana investasi dimanfaatkan dalam instrumen saham atau instrumen lainnya. Hal ini tentu saja kembali kepada kebutuhan dan tujuan Anda berinvestasi, apakah jangka pendek, menengah atau panjang.