Menurut para perencana keuangan, pengamat investasi serta ekonom, jenis investasi yang paling tepat dilakukan adalah menanamkan modal di pasar saham. Tentunya dengan catatan, investasi ini memiliki jangka waktu yang panjang. "Harga saham yang anjlok sekarang bisa naik hingga tujuh kali lipat dalam lima sampai tujuh tahun ke depan," jelas Roy Sembel, Chief Research Officer Capital Price (Capital Market, Portfolio Investment, Corporate Finance, and Economics). Roy merekomendasikan, saat ini merupakan waktu yang paling tepat bagi investor jangka panjang dan menengah untuk menyerbu saham-saham fundamental bagus yang harganya sedang diobral.
Bagaimana dengan investor jangka pendek? Menurut Roy, investor jangka pendek sebaiknya memilih instrumen yang memberikan pendapatan tetap dalam jangka pendek. Misalnya deposito perbankan. “Tapi yang pasti, harus ada keseimbangan antara jangka pendek menengah dan panjang karena kebutuhan kita tidak semuanya jangka pendek,” jelasnya.
Normalnya, jelas Roy lagi, investasi di pasar saham harus sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Jika pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen sampai 8 persen per tahun ditambah dengan tingkat inflasi antara 5 persen sampai 10 persen per tahun, maka pertumbuhan indeks pasar yang normal itu berada pada posisi 15 persen sampai 20 persen per tahun. "Kalau dilihat jangka panjang, meski naik turun tapi keuntungannya ya sekitar 15 sampai 20 persen itu," jelas Roy.
Emas bisa jadi pilihan menarik
Senada dengan Roy, ekonom BNI Tony Prasentiantono menilai, penempatan instrumen investasi harus disesuaikan dengan kebutuhan investor itu sendiri. Bagi investor jangka panjang, Tony sepakat bahwa pasar saham merupakan pilihan yang baik. Selanjutnya deposito, emas, properti, valas, obligasi, dan reksadana bisa menjadi pertimbangan selanjutnya.
“Emas bisa dilirik karena dapat menjadi alat lindung nilai dari ketidakjelasan kondisi perekonomian saat ini,” ungkap Tony. Sementara, pasar properti juga bisa dipilih karena merupakan salah satu sektor fundamental yang paling bagus.
Nah, meski demikian, menurut perencana keuangan Prime Planner M Ichsan, penempatan portofolio investasi yang aman tetap saja harus disesuaikan dengan kebutuhan, jangka waktu investasi, serta berapa total investasinya.
Ichsan bilang, bagi investor jangka panjang, nilai investasi di reksadana saham dan pasar saham bisa mencapai 70 persen. Sedangkan sisanya dapat ditaruh dalam deposito, pasar uang dan emas.
Sementara bagi investor jangka pendek, 40 persen dananya bisa ditempatkan di deposito, dan 30 persen-nya lagi di obligasi jangka pendek. "Sisanya baru di reksadana saham dan saham," kata Ichsan.